*اللهم صلى على سيدنامحمد * اللهم صلى على سيدنامحمد * اللهم صلى على سيدنامحمد *
Tiga sifat manusia yang merusak adalah, kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan. – Nabi Muhammad Saw

Recent Coment

Tawakal kepada Allah adalah Kunci Rizki

Tawakkal, menurut al-Ghozali adalah penyandaran hati hanya kepada al-wakil (yang ditawakkali) semata.
Sedangkan al-Munawi mengatakan, "Tawakkal adalah menampakkan kelemahan serta penyandaran (diri) kepada yang ditawakkali."
Singkatnya, tawakkal adalah sikap pasrah, menyerahkan diri sebagai pengakuan atas kelemahan kita.
Karena itu, akidah kita menegaskan bahwa tawakkal itu harus diberikan hanya kepada Allah; Zat Yang Maha kuasa atas segala-galanya. Jika disamping kita tawakkal kepada Allah kita masih butuh tawakkal kepada yang lain- maka ini bisa syirik. Na'udzubillah min dzalik.
Hal ini perlu ditegaskan, karena dalam kenyataan kita terkadang masih merasa belum cukup jika hanya bertawakkal kepada Allah. Buktinya?!
Dalam banyak hal: soal rezki, jodoh, pekerjaan, rumah tangga dsb. kita akan merasa lebih pas, lebih plong, lebih sreg, atau lega, dan mantap kalau sudah datang ke "dukun" atau "para normal" atau biasa disebut "orang pintar". Atau, kita akan lebih "sreg" jika dalam melakukan sesuatu hal memakai hitungan-hitungan Jawa, seperti: weton, pasaran, atau nogo dino, nogo tahun dan sebagainya.
Jika kita mau hajatan, menentukan perjodohan, atau menghuni rumah misalnya, maka kita akan merasa lebih mantap kalau sudah melakukan hitungan-hitungan Jawa tadi atau mendatangi "orang pintar" (dukun). Seolah-olah tidak cukup kalau hanya tawakkal (pasrah) kepada Allah. Ini artinya kita tawakkal kepada selain Allah. Ini berbahaya, bisa syirik dan merusak tauhid.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Jadi, tawakkal kepada Allah itu adalah kepasrahan hati atau kemantapan hati hanya kepada Allah, tidak kepada yang lain. Cukup.
Dan tawakkal itu penting, ada kaitannya dengan rezki. Jika seperti itu tawakkal kita kepada Allah, maka Allah akan memberikan jaminan "rezki" kepada kita. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi Sholallohu `alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Umar bin Khaththab Rodiallohu `anhu bahwa Nabi Sholallohu `alaihi wa sallam bersabda:
لَوْ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُوْ خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا
"Sungguh, seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya kalian akan diberi rezki sebagaimana burung-burung diberi rezki. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang." (HR. Ahmad, at-Turmudzi, Ibnu Majah, Ibnul Mubarak, Ibnu Hibban, al-Hakim, al-Qudha'i, dan al-Baghawi) Hadits ini "shahih" kata at-Turmudzi dan al-Hakim, disepakati oleh adz-Dzahabi, dan dishahihkan oleh Syekh al-Albani.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Abu Hatim ar-Razi berkata, "Hadits ini merupakan tonggak tawakkal. Tawakkal adalah faktor terbesar dalam mencari rezki."
Dalam hadits yang mulia ini Rasululah Sholallohu `alaihi wa sallam menjelaskan bahwa orang yang bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya dia akan diberi rezki oleh Allah sebagaimana burung-burung diberi-Nya rezki. Betapa tidak demikian, karena dia telah bertawakkal kepada Dzat Yang Maha Hidup, yang tidak pernah mati. Karena itu barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya. Allah Subhanaahu wa Ta`ala berfirman:
.. وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (٣)
"Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. Ath-Thalaq: 3)
Menafsiri ayat ini, Syekh as-Sa'di menyatakan, "Yakni mencukupi segala yang dibutuhkannya, baik dalam kehidupan agamanya maupun urusan dunianya."
Sedangkan ar-Rabi' bin Khutsaim mengatakan, "(mencukupkan) dari setiap yang membuat sempit manusia."
Jadi, dengan tawakkal ada jaminan pemberian rezki oleh Allah Subhanaahu wa Ta`ala .
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Kemudian, apakah tawakkal itu berarti meninggalkan usaha?
Tidak, justru "bodoh" kalau berpaham demikian. Nabi kita yang mulia telah menyerupakan orang yang bertawakkal dan diberi rezki itu dengan burung yang beraktifitas, yang pergi di pagi hari untuk mencari rezki, dan pulang pada sore hari, bukan burung yang tetap berada di sarangnya. Ia berusaha mencari makan dengan keluar dari sarangnya dan berbekal tawakkal kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala , yang kepada-Nya tempat bergantung. Para ulama telah mengingatkan masalah ini. Diantaranya adalah Imam Ahmad j. Ia berkata, "Dalam hadits tersebut tidak ada isyarat yang membolehkan untuk meningglkan usaha. Sebaliknya justru di dalamnya ada isyarat yang menunjukkan perlunya mencari rezki. Jadi maksud hadits tersebut adalah seandainya mereka bertawakkal kepada Allah dalam bepergian, kedatangan, dan usaha mereka, dan mereka mengetahui bahwa rezki itu di tangan Allah, tentu mereka tidak akan pulang kecuali dalam keadaan mendapatkan harta dengan selamat, sebagaimana burung-burung tersebut."
Said bin Jubair berkata, "Tawakkal itu keseluruhan iman. Mewujudkan tawakkal bukan berarti meniadakan ikhtiar atau usaha. Takdir Allah dan sunnah-Nya sehubungan dengan makhluk berkaitan erat dengan ikhtiar. Allah memerintahkan untuk berikhtiar sekaligus bertawakkal. Berusaha dengan anggota badan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, dan bertawakkal dengan hati sebagai manifestasi iman kepada Allah."
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Di antara yang menunjukkan bahwa tawakkal kepada Allah tidaklah berarti meninggalkan usaha adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dan al-Hakim, dari Ja'far bin Amir bin Umayah dari ayahnya, ia berkata:
قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ : أُرْسِلُ نَاقَتِيْ وَأَتَوَكَّلُ ؟ ، قَالَ : «اعْقِلْهَا وَتَوَكُّلْ »
"Seseorang berkata kepada Nabi Sholallohu `alaihi wa sallam : (Apakah) aku lepaskan untaku dan kemudian aku bertawakkal?" Nabi Sholallohu `alaihi wa sallam bersabda, "Ikatlah unta itu, kemudian bertawakkallah!"
Dalam riwayat Imam al-Qudha'i:
قَالَ عَمْرٌو بْنُ أُمَيَّةَ : قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أُقُيِّدُ رَاحِلَتِيْ وَأَتَوَكَّلُ عَلىَ اللهِ أَوْ أُرْسِلُهَا وَأَتَوَكَّلُ ؟ ، قَالَ : « قَيِّدْهَا وَتَوَكًُّلْ »
"Amr bin Umayah Rodiallohu `anhu berkata: Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah aku ikat dulu untaku lalu aku bertawakkal kepada Allah, ataukah aku lepaskan begitu saja lalu aku bertawakkal?" Beliau bersabda, "Ikatlah kendaraanmu lalu bertawakkallah!"
Ø Inilah bentuk tawakkal yang benar
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Jadi, tawakkal tidaklah berarti meningglkan usaha. Sungguh setiap muslim wajib berpayah-payah, bersungguh-sungguh, dan berusaha untuk mendapatkan penghidupan. Hanya saja ia tidak boleh menyandarkan diri pada jerih payahnya, kerja keras dan usahanya semata, tetapi ia harus meyakini bahwa segala urusan adalah milik Allah, dan bahwa rezki itu hanyalah dari Allah semata.
Maka ibnul Qayyim mengatakan: "Tawakkal adalah bersandarnya hati kepada Allah semata. Setelah itu tidak masalah ia melukakan berbagai usaha dengan catatan tidak bergantung kepada usahanya itu, sebagaimana tidak manfaat ucapan seseorang: saya bertawakkal kepada Allah sementara ia bersandar kepada selain-Nya."
Semoga Allah membimbing kita ke jalan-Nya yang lurus, meneguhkan iman kita, dan mencukupi rezki kita, amiin.
Khuthbah ke dua
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Menyimak uraian di atas, maka soal rezki tidak bisa kita menghitungnya secara matematis, bahwa dengan gaji sekian berarti sudah cukup atau masih kurang (tidak cukup). Sebab ada rahasia dan jaminan dari Allah terhadap orang-orang yang dikehendaki-Nya, seperti pada orang-orang yang: bertakwa, atau bertobat, atau bertawakkal.
Sehingga meskipun menurut akal manusia rezki si A tergolong tidak cukup, karena di bawah UMR misalnya, tetapi karena Allah sudah menjaminnya, maka rezkinya itu menjadi BERKAH, sehingga dapat mencukupi kebutuhannya.
Karena itu kita tidak boleh berkecil hati, kita serahkan semua ursan kita kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala . [*]
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلِ, نِعْمَ الْمَوْلىَ وَنِعْمَ النَّصِيْرِ, وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِىِّ الْعَظِيْمِ
Sumber :
http://qiblati.com/tawakal-kepada-alloh-adalah-kunci-rizki.html



Tidak ada komentar:

Artikel Terbaru

Tukeran link

Copy kode di bawah masukan di blog anda, saya akan segera linkback kembali Penyejuk Hati