*اللهم صلى على سيدنامحمد * اللهم صلى على سيدنامحمد * اللهم صلى على سيدنامحمد *
Tiga sifat manusia yang merusak adalah, kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan. – Nabi Muhammad Saw

Recent Coment

APAPUN MASALAHNYA, KAWIN SOLUSINYA

Berperawakan kecil, putih bersih, dan telapak tangan selembut kapas, Kiyai Qamaruzzaman adalah satu dari sedikit kiyai sepuh yang masih tersisa. Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Padarincang, Banten, ini tak lain adalah cucu Kiyai Asnawi Caringin, serta sahabat Abuya Dimyati Cidahu, Pandeglang.
Abah Qomar―demikian kami menyebutnya―memiliki suara yang sangat indah dan menguasai qira’ah sab’ah. Muammar dan Khumaidi adalah beberapa qori’ nasional yang mentashih qiro’ahnya kepada beliau. Tetapi pada tahun 70-an, Abah Qomar yang kerap diundang menjadi qori’ itu terpaksa menghentikan kegiatan qiro’ah-nya. Pasalnya, lantunan Al Qur’an yang dibawakan Abah Qomar memengaruhi begitu banyak orang dengan hebatnya, menyebabkan mereka melakukan tindakan-tindakan tanpa sadar. Apabila Abah Qomar mengimami salat, makmum akan fana dan lupa membaca surah al fatihah. Keadaan ini menyebabkan Kiyai Suhaimi, Kampung Sawah, Banten, mengeluarkan fatwa bahwa Abah Qomar haram menjadi imam. Selain itu, beliau juga difatwakan haram menjadi makmum karena tak seorangpun yang menyamai kefasihan dan pengetahuannya tentang Al Qur’an.

Abah Qomar menurut. Secara mengejutkan, ia mencabuti semua gigi yang dimiliki hingga ompong. Dengan begitu, sirnalah kefasihannya, dan tak ada lagi yang akan mengundangnya menjadi qori’ atau memintanya menjadi imam salat. Beliau lalu membangun sebuah pondok pesantren di Padarincang, dan mengurangi aktifitas di luar rumah. *


Hang Mipien (baca: Heng Mipin; bukan nama sebenarnya) merasakan hatinya tak tenang. Lelaki tinggi besar ini mengalami banyak hal yang membuat hidupnya tak karuan. Keadaan ini sudah berlangsung lama, mungkin semenjak ia duduk di bangku SLTP. Berbagai peristiwa lampau yang memalukan akhir-akhir ini kerap menjadi hantu yang menari-nari di setiap helai rambutnya. Sungguh bukan pengalaman yang menyenangkan. Kini, di usianya yang sudah melampaui kepala tiga, kerisauannya semakin menjadi. “Aku harus menjumpai seorang guru. Mursyid!” demikian ia bertekad.

Tekadnya itu, akhirnya, mengantarkannya ke Padarincang, menemui Abah Qamaruzzaman. Didampingi beberapa teman yang sudah sering sowan ke kiyai kharismatik ini, ia bersimpuh di hadapan Abah Qomar.

“Yang baru ini, siapa namanya?” tanya Abah datar.

“H a n g  M i e p i e n , Bah...” jawabnya tergagap. Jantungnya memompa lebih cepat. Wibawa lembut Abah yang sangat kharismatik, membuat nyalinya ciut seketika. Meski demikian, pandangannya tak dapat lepas dari tatapan Kiyai sepuh ini. Ia luruh sekaligus terpesona...

Tiba-tiba, Hang Miepien berucap, suaranya parau.

“B a h . . . boleh saya ke.. s i t u ?” ia memberi isyarat ingin mendekat.

“Boleh.” Abah memberi ijin.

Mengesot, bertumpu pada lutut, ia seret tubuhnya mendekati Abah Qomar. Tubuh raksasa itu tentu saja tak mudah dan membutuhkan waktu agak lama untuk sampai tepat di hadapan Abah. Setelah berhadapan, ia terdiam sejenak, tiba-tiba menubruk dan menangis tersedu-sedu di pangkuan Abah. Sungguh, fragmen itu membuat kami terharu. Abah pun tampak menyeka sedikit bagian bawah pelupuk matanya.

“Cukup.” Suara Abah tiba-tiba.

Hang Miepien mengangkat kepalanya lantas menyeka matanya yang sembab. Tanpa diperintah, ia seret kembali tubuh besarnya ke tempat semula, menantikan kalimat Abah berikutnya sambil mengatur nafas normal kembali.

“Sekarang, keperluannya apa?” tanya beliau menyela keheningan.

Ditanya demikian, Hang Miepien yang masih terpengaruh suasana tadi, tak segera menemukan kalimatnya. Kami sebagai suporter membantunya dengan memberi isyarat agar tak menyia-siakan kesempatan tersebut. “Cepat katakan, apa yang kamu inginkan!”  kata saya setengah berbisik. Yang ditanya masih gelagapan. Tapi, hanya sebentar. Segera batin dapat dikuasainya, iapun berkata...

“Minta jodoh, Baaaah!”

Keheningan pun pecah berantakan.....
oleh hAdib Machrus


    
    Baca Juga:

Tidak ada komentar:

Artikel Terbaru

Tukeran link

Copy kode di bawah masukan di blog anda, saya akan segera linkback kembali Penyejuk Hati